Isnin, 22 Disember 2014

MENIKMATI MAKAN BEDULANG DI TIMPU DULUK

Tags



MENIKMATI MAKAN BEDULANG DI TIMPU DULUK

SEBAIK memasuki Ruma Makan Belitong Timpu Duluk , imaginasi saya terbang ke masa lalu yang jauh itu. Ruma Makan Belitong Timpu Duluk itu adalah sebuah restoran terkenal di Tanjung Pandan, ibu kota pulau Belitong. Setiap orang yang berkunjung ke pulau yang cantik itu pasti tidak melepaskan peluang ke restoran yang khabarnya masih menggunakan resipi tahun 1918.

Saya tertarik dengan restoran itu bukan kerana Gubernur DKI Jakarta, Ahok yang memang berasal dari pulau Belitong pernah makan di sana tetapi kerana restoran itu masih mempopularkan Makan Bedulang, Warisan Budaya Urang Belitong.

Kami memilih hidangan Makan Bedulang. Makan Bedulang merupakan tradisi kuliner khas etnik Melayu khususnya di Bangka Belitung. Jika di Malaysia, Melayu adalah nama untuk sebuah bangsa, di Indonesia, Melayu hanya dikenal sebagai salah satu etnik walaupun bahasa Indonesia memang berasal dari bahasa Melayu.

Menurut risalah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung,Orang Melayu Belitung, kadang mereka menyebutnya Urang Melayu Belitong mengamalkan tradisi makan bedulang, yang dapat melambangkan sistem sosial dan sistem ekologi Pulau Belitong.

Secara harfiah,Makan bedulang dapat diertikan dengan makan menggunakan dulang . Dalam pengertian yang lebih laus, makan bedulang adalah makan bersama dalam satu dulang, terdiri dari empat orang bersila dan saling berhadapan mengitari dulang berisi makanan yang disajikan dan dinikmati dengan tatacara dan etika tertentu.

Dulang adalah talam berbentuk bundar. Dahulunya, menurut cerita, dulang yang digunakan adalah dulang kayu produk tempatan. Penggunaan dulang tembaga baru diperkenalkan sekitar tahun 50-an. Tradisi makan bedulang sebenarnya berkait erat dengan berkembangnya budaya Melayu Islam ke tanah Belitong.

Menurut risalah yang diberikan, dalam kehidipan sehari-hari, makan bedulang berlangsung secara informal dan menjadi sarana komunikasi antara anggota keluarga, dimana pendidikan etika diajarkan secara langsung pada saat makan bersama. Sedangkan dalam upacara adat seperti maras taun, syukuran kelahiran, sunatan, pernikahan, berua, bilang-ari, atau upacara adat lainnya, makan bedualang merupakan jamuan makan bersama yang dilaksanakan dengan tatacara tertentu dengan sedikit formal.

Ia juga merupakan sarana silaturrahim sekaligus cara mengukuhkan hubungan sosial antara anggota masyarakat dalam suatu kampung atau wilayah yang lebih luas.

Hidangan makan bedulang kemudian disajikan. Dulang yang ditutup dengan tudung saji dan ditutup lagi dengan kain khusus disebut `lamba', nampan kecil berisi minuman, tempat suci tangan yang dipanggil kecibokan, kue atau buah untuk pencuci mulut serta nasi, dan empat buah pinggan secara keseluruhan disebut dulang yang disajikan untuk empat orang.

Di atas dulang, tersedia lauk-pauk khas Belitong dalam beberapa mangkuk dan piring kecil, ditutup dengan `mendutong/tudung saji. Nasi diletakkan dalam wadah khusus dalam tempat nasi secara terpisah, di luar dulang Demikian juga air minum,buah-buahan dan kuih pencuci mulut yang disediakan dalam nampan kecil secara terpisah diletakkan di samping dulang.

Makan Bedulang adalah ujung dari sistem sosial dan sistem ekologi masyarakat Melayu Belitung sehingga melestarikan tradisi Makan Bedulang bererti juga menjaga setiap mata rantai yang tersusun dalam sisem sosial masyarakat Melayu Belitong.

Dalam tradisi Makan Bedulang, terjadi transfer kearifan, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Melayu dari generasi ke generasi.

Semangat untuk melestarikan Makan Bedulang semestinya membangkitkan semangat dan budaya masyarakat Melayu Belitong.

Sambil menikmati makan bedulang itu, saya segera teringat tradisi makan di kampung kami ketika kecil dahulu. Setiap ada majlis kenduri atau membaca doa selamat,biasanya ia dihidangkan dalam sebuah dulang, yang dikongsi oleh tiga atau empat orang.

Tidak jauh bezanya tradisi makan sewaktu majlis kenduri di Sabah khususnya di kalangan masyarakat Iranun dan Bajau dengan tradisi makan bedulang yang diamalkan di pulau Belitung.

Cuma bezanya barangkali ialah masyarakat Melayu di Belitung masih mempertahankan tradisi mereka sementara sebilangan orang kita di Sabah tidak lagi mengamalkan tradisi makan berhidang ini.