Isnin, 30 Mei 2016

HENDRO RETNO WULAN, BANGGA MEWAKILI INDONESIA

Tags




HENDRO RETNO WULAN, BANGGA MEWAKILI INDONESIA

Kalau tidak menjadi diplomat, mungkin Ibu Hendro Retno Wulan menjadi ahli bahasa. Melalui keahlian dalam bahasa, saya bisa ketemu banyak orang.Jalan-jalan ke banyak negara,Berinteraksi dengan banyak orang.Bisa berkomunikasi dengan mereka. Dengan berinterkasi dan berkomunikasi, pengalaman bisa luas.Kuncinya bahasa. Melalui bahasa kita bisa terkoneksi satu sama lain. Itulah cita-cita masa kecil saya.Mahu menjadi ahli bahasa, “ katanya santai ketika di temui di pejabatnya di Ibu Negeri.

Hendro Retno Wulan lahir sebagai anak bungsu dari 12 bersaudara di Surakarta pada May 1973. Beliau menerima pendidikan awal SD Balapan dan melanjutkan pelajaran menengah di SMA 2 Solo. Ibu Wulan kemudian mengikuti kuliah di Universitas 11 Maret dan lulus Sarjana Muda S1 pada 1997 dalam jurusan program bahasa Inggeris . Beliau kemudian terpilih mengikuti latihan Diplomat Muda di Sekolah Dinas Luar Negeri . Kemudian terpilih melanjutkan pengajian di peringkat sarjana dan bidang Hubungan Antarabangsa di Universiti Indonesia (UI) pada tahun 2001. Selama 18 tahun dalam kerjayanya sebagai diplomat,Ibu Wulan pernah ditugaskan sebagai Konsul Bidang Ekonomi di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Los Angeles USA (2001-2004) , Konsulat Jeneral Republik Indonesia di Frankfurt Jerman (2009-2010) sebagai konsul Hal Ehwal Protokol dan kini di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sejak Julai 2015.

Beliau juga pernah mengikuti Latihan Junior Diplomatic Training/Caraka Muda II pada 1997, Mid Career Diplomatic Training (Sesdilu 38) pada 2008 dan Senior Diplomatic Training/Sespa 50 pada 2014. Selain itu, Ibu Wulan pernah mengikuti kursus seperti Course in Managing Foreign Policy Making in Indonesia for Mid Career Diplomat from Indonesia oleh Clingendael Institute, Netherland pada 31 Oktober hingga 28 November 2007, Course in Senior Diplomatic Leadership Programme oleh Japan International Cooperation Center (JICE) di Tokyo, Jepun 2013 dan Kursus `Certified Human Resources Programme dalam tahun 2012.

Wartawan Utusan Borneo, ABD.NADDIN HJ SHAIDDIN berpeluang untuk menemubual Ibu Wulan di pejabatnya di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Lorong Karamunsing mengenai pengalamannya sebagai diplomat Indonesia di luar negeri. Ikuti petikan wawancara bersama Ibu Wulan:

UB: Sepanjang 18 tahun karier dalam bidang diplomatik, dimana Ibu Wulan di tugaskan sebelum ini?

IBU WULAN: Saya ditugaskan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles Amerika Syarikat pada tahun 2001 hingga 2004 sebagai konsul ekonomi. Kemudian pada tahun 2009 hingga 2010, saya bertugas di KJRI Frankfurt Jerman sebagai Konsul Hal Ehwal Protokol dari tahun 2009 hingga 2010 dan kini bermula Julai 2015 hingga kini, bertugas di KJRI Kota Kinabalu sebagai konsul ekonomi.

B: Apa pengalaman menarik sepanjang bertugas di Amerika Syarikat?

IBU WULAN: Banyak pengalaman menarik sewaktu bertugas di Los Angeles. Kebetulan ketika itu terjadi peristiwa serangan terhadap WTC di New York. Saya hanya menyaksikannya di TV. Los Angeles jauh dari New York. Rasanya seperti tidak percaya melihat pesawat menabrak menara WTC. Rasa tidak percaya bagaimana ia berlaku di tempat yang relatif aman.

UB: Berapa jumlah masyarakat Indonesia di sana?

IBU WULAN: Terdapat kira-kira 15,000 warga Indonesia di Los Angeles. Kebanyakannya bekerja dalam bidang profesional. Banyak juga bidang `nursing’ atau kejururawatan. Mereka bekerja menjaga orang-orang tua yang tidak mahu dikirimkan ke rumah warga tua. Dalam bidang ini, tenaga Kerja Indonesia bersaing dengan filipina.

UB: Tentu sukar mendapatkan makanan Indonesia di luar negeri.

IBU WULAN: Tidak menjadi masalah bagi saya. Kerana saya suka masak. Kadang saya resepi makanan di `google’. Kemudian saya masak sendiri. Kalau ada tetamu dari luar negeri, kami biasanya membawa mereka ke restoran Ramayana, Dekat KJRI di Los Angeles, terletak berdekatan Korea Town.



UB: Selepas itu, Ibu Wulan bekerja dimana?

IBU WULAN: Selepas tiga tahun di Los Angeles, saya kembali ke Jakarta. Bertugas di Kementerian Luar Negeri di Jakarta dari tahun 2005 sebelum ditugaskan di Frankfurt Jerman selama dua tahun bermula tahun 2009.



UB: Mungkin ada pengalaman menarik yang tidak dapat dilupakan sewaktu bertugas di Frankfurt?

IBU WULAN: Sewaktu di Frankfurt, saya bertugas sebagai konsul di bahagian hal ehwal protokol. Bertugas sebagai konsul di bahagian protokol, adalah satu tugas yang sangat mencabar. Kebanyakan masa terpaksa dihabiskan di luar. Ia menjadi tempat persinggahan pemimpin-pemimpin dan pegawai tinggi yang bertugas di luar negara. Apatah lagi Frankfurt adalah tempat transit sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke New York, Nairobi, England , Itali dan sebagainya.

Sebagai seorang petugas bahagian protokol, saya sentiasa bersiap sedia menerima kedatangan mereka.Kadang-kadang ada situasi yang agak mendadak misalnya pesawat tidak boleh terbang. Salju turun tidak bisa berangkat. Walaupun kadang-kadang merepotkan tetapi bertugas di bahagian protokol juga sangat menarik. Saya dapat berhubung dengan pegawai-pegawai tinggi, menteri hingga presiden. Malah saya pernah bertemu dengan Pak Habibie dan Ibu Ainun.

UB: Wah bertuahnya. Siapa diantara yang pernah ibu temui?

IBU WULAN: Saya anggap ini satu previlege. Satu previlege saya dapat berkenalan dengan oemimpin seperti Pak Habibie, Menteroi Sri Mulyani, Mari Pangestu,Mantan Gubernur Bank Indonesia, Miranda Goeltom, Jowuno Sudarsonio Menteri Luat Negeri, Ibu Retno sewaktu beliau masih di Kemlu, Pak Marty, Hassan Wirayuda. , Ibu Retno sendiri adalah seorang yang suka merendah diri.’down to earth’ Meskipun posisinya tinggi. Walaupun melelahkan tetapi menarik.

UB: Kemudian dimana ditugaskan?

IBU WULAN: Selepas menghabiskan masa tugas di Frankfurt, saya ditugaskan Bahagian Sumber Manusia Biro Kepegawaian di Jakarta. Cukup lama di bertugas di Jakarta. Dari tahun 2010 hingga 2015. Saya bersyukur kerana saya dapat melanjutkan pendidikan dalam bidang diplomatik. Saya sudah tamat dalam pendidikan diplomatik pada 2014. Kemudian saya ditugaskan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu sejak Julai lepas hinggalah sekarang.

UB: Apa komen ibu mengenai media sosial

IBU WULAN: Saya menggunakan media sosial. Saya yakin media sosial boleh menjadi medium untuk berkomunikasi. Melalui media sosial kita dapat memperkenalkan hal-hal menarik mengenai Sabah. Kita jadi tahu di mana lokasi makan yang menarik. Media sosial boleh dimanfaatkan . Selain itu kita dapat mengenalkan Indonesia kepada lokal di sini.

UB: Apa hobi Ibu di masa lapang?

IBU WULAN: Saya suka melukis.Malah pernah sering mengikuti pertandingan melukis sehingga SMA. Kalau saya melukis, kadang kadang sampai lupa makan. Tapi kemudian

UB: Apa cita-cita Ibu sewaktu kecil?

IBU WULAN: Saya mahu jadi ahli bahasa. Melalui keahlian dalam bahasa, saya bisa ketemu banyak orang.Jalan-jalan ke banyak negara,Berinteraksi dengan banyak orang.Bisa berkomunikasi dengan mereka. Dengan berinterkasi dan berkomunikasi, pengalaman bisa luas.Kuncinya bahasa. Melalui bahasa kita bisa terkoneksi satu sama lain. Itulah cita-cita masa kecil saya.Mahu menjadi ahli bahasa.

UB: Apa perasaan ibu selepas berkhidmat

IBU WULAN: Saya bangga mewakili Indonesia.Sepanjang kerjaya dalam bidang diplomatik sejak 1997 , saya bangga mewakili Indonesia.